Selasa, 08 Juli 2014
PENILAIAN STATUS GIZI
Penilaian
Status Gizi
Menurut I Dewa Nyoman
Supariasa dkk, (2001 ), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian
status gizi secara langsung dan penilaian status .
1) Penilaian Status Gizi Secara langsung
Penilaian status gizi secara
langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : antropometri, klinis,
biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa dkk, 2001). Antropometri secara umum digunakan
untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2001 ). indeks
antropometri ada 3 yaitu :
a) Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah
salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit
infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat
2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka
indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status
gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini. (I Dewa Nyoman Supariasa dkk,
2001 ).
b) Tinggi badan Menurut Umur
(TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tingi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang
relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan
status gizi masa lalu (IDewa Nyoman Supariasa dkk, 2001).
c) Berat Badan Menurut Tinggi
Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. (I Dewa Nyoman Supariasa
dkk, 2001). Dari berbagai jenis-jenis indeks tersebut, untuk
menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang batas
diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3
cara yaitu, persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit.
i) Persen Terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu
populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.
Klasifikasi Status Gizi
Menggunakan Persen Terhadap Median
Status
Gizi BB/U TB/U BB/TB
Gizi
Baik > 80% > 90 % > 90 %
Gizi
Sedang 71 % - 80% 81 % – 90 % 81 % – 90 %
Gizi
Kurang 61 % - 70% 71 % - 80 % 71 % - 80 %
Gizi
Buruk ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 70 %
Sumber : Yayah K. Husaini, Antropometri Sebagai Indeks gizi
dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No.8 Th.XXIII, 1997 dalam (Supariasa dkk, 2001).
ii) Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan
menggunakan persen terhadap median, akhirnya mereka memilih cara persentil.
Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada
di atasnya dan setengahnya berada di bawahnya. National Center for Health
Statistics (NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan
kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik (Supariasa
dkk, 2001).
iii) Standar Deviasi Unit (SD)
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO
menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan
(Supariasa dkk, 2001).
Rumus perhitungan Z – Skor :
Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku
Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor
Status Gizi Indeks BB/U, TB/U,
BB/TB
• Gizi Lebih ≥ + 2 SD
• Gizi Baik ≥ - 2 SD dan < + 2 SD
•
Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD
• Gizi Buruk < - 3 SD
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode
yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan
atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organorganyang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa dkk, 2001). Penggunaan
metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi
secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2001).
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (I Dewa Nyoman
Supariasa dkk, 2001). Metode ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2001).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar